%0 Thesis %9 Bachelor %A 01062091, Lestari Purnavita Lembonunu %A Universitas Kristen Duta Wacana, %B Teologi %D 2014 %F katalog:3270 %I Universitas Kristen Duta Wacana %K Pengutusan, Yesus, Injil Markus, Segala Makhluk, Implementasi, Pelayanan, Gereja, Ekologi %P 77 %T MAKNA PENGUTUSAN YESUS DALAM INJIL MARKUS DAN IMPLEMENTASINYA BAGI PENGUTUSAN GEREJA : TAFSIR HISTORIS KRITIS TERHADAP MARKUS 2:1-12; 7:24-30; 16:9-20 %U https://katalog.ukdw.ac.id/3270/ %X Pengutusan Yesus Kristus tentunya menjadi dasar dan pola bagi implementasi pelayanan gereja. Dalam skripsi ini, penulis tertarik untuk menggali makna pengutusan Yesus berdasarkan Injil Markus, lalu melihat implementasinya bagi kepengutusan gereja masa kini. Gereja hadir sebagai kelanjutan dari misi pelayanan Allah kepada dunia, yang harus mampu menghayati makna dan tujuan pengutusannya di dalam dunia. Menghayati peran pengutusannya yang selalu diperhadapkan langsung dengan situasi pergumulan masyarakat yang berubah-ubah, gereja pun hendaknya memiliki pemahaman teologis yang bersifat kritis dan dinamis terkait dengan arti pelayanan itu sendiri. Hal ini penting, agar dalam mengimplementasikan pelayanannya, gereja peka dan memperhatikan konteks. Gereja dipanggil bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi dipanggil dan dipakai Allah untuk menyatakan karya-karya-Nya (melayani) di tengah pergumulan sosial/masyarakat. Tidak hanya itu, gereja pun dipanggil untuk memberitakan kabar baik kepada segala makhluk (Markus 16:15). Hal ini berimplikasi pada keterpanggilan gereja yang tidak hanya melayani masyarakat, tetapi juga bertanggung jawab sebagai hamba yang menatalayani segenap ciptaan. Bumi ini adalah milik dan rumah tinggal bersama semua makhluk hidup ciptaan Allah, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan berbagai organisme hidup lainnya. Namun, krisis ekologi, seperti, pencemaran air dan udara, perubahan iklim, pemansan global, polusi udara, longsor, banjir, erosi dan lain-lain, telah mengancam eksistensi seluruh ciptaan. Manusia tidak luput darinya sebagai pelaku maupun korban, yang harus bertanggung jawab. Rumah tempat kita berdiam satu-satunya ini telah lama rusak akibat sikap atau gaya hidup manusia yang tidak ramah lingkungan. Bumi masih mengalami kerusakan, dan kerusakan ini masih terus berlanjut. Gereja pun dituntut senantiasa menyadari keterpanggilannya, agar peduli dan terlibat aktif menyikapi pergumulan yang ditimbulkan akibat bencana ekologi.