%X Seringkali jemaat terjebak kedalam sebuah pemikiran yang sempit mengenai ibadah. Ibadah dipandang sebagai saat dan waktu tertentu dimana diri pribadi bertemu dengan Tuhan. Kenyataaan tentang hadirnya pribadi-pribadi yang lain di dalam sebuah ibadah tidak lagi menjadi hal yang penting di dalam ibadah. Persekutuan seperti halnya yang terjadi pada jemaat mula-mula dimana satu jemaat dengan yang lain berinteraksi dan saling menguatkan tidak lagi bisa terlihat. Ibadah hanya berkaitan dengan ‘saya’ danTuhan. Kenyataan yang demikian mengerucut pada sebuah pemahaman bahwa Allah hanya memanggil manusia untuk bertemu dengan-Nya di dalam ibadah, Allah tidak memanggil manusia untuk menjadi bagian dari manusia yang lain, untuk menyadari bahwa mereka adalah hidup di tengah-tengah masyarakat. Pemahaman yang keliru tersebut semakin menjerumuskan manusia pada sikap acuh pada sekitar. Allah adalah Allah yang adil. Allah yang adil adalah Allah yang selalu melihat adanya ketidakadilan yang terjadi di tengah kehidupan. Ibadah dipakai Allah untuk membuka mata manusia terhadap realita kehidupan, bukan hanya tentang pribadi dengan Allah saja. Melalui ibadah, manusia dilatih untuk lebih peka terhadap ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya. %A SIH ELL CAHYADI PAMUNGKAS 01062084 %T IBADAH KRISTIANI DALAM TRADISI GEREJA REFORMASI DAN KAITANNYA DENGAN KEADILAN SOSIAL %I Universitas Kristen Duta Wacana %L katalog3269 %D 2014