%0 Thesis %9 Thesis (S2) %A 54120021, AGUSTAM RACHMAN %A Universitas Kristen Duta Wacana, %B Magister Kajian Konflik dan Perdamaian %D 2014 %F katalog:3241 %I Universitas Kristen Duta Wacana %K Konflik, Syi’ah, Kerukunan, Heterogen, Representasi Kolektif, Kesadaran %P 116 %T PERAYAAN TABOT : UPAYA MEMBANGUN MASYARAKAT TOLERAN DI KOTA BENGKULU %U https://katalog.ukdw.ac.id/3241/ %X Upacara Tabot bagi kaum Syi’ah adalah peringatan mengenang Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib yang gugur di Padang Karbala Irak oleh pasukan Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan. Ditengah konflik Syi’ah-Sunni di Timur Tengah maupun konflik Syiah-Sunni dibeberapa wilayah di Indonesia misalnya di Sampang Madura, justru sebaliknya, perayaan Tabot menjadi berkembang dalam fungsi membina kerukunan sosial dan mengintegrasikan masyarakat Kota Bengkulu yang heterogen dan sebagian besar penduduknya beraliran Sunni. Perayaan seperti ini diibaratkan oleh Emile Durkheim sebagai “perekat” yang mempersatukan individu-individu yang memiliki keanekaragaman interes pribadi. Perkembangan upacara Tabot mengalami berbagai penyesuaian dengan budaya lokal Melayu Bengkulu. Hal itu disebabkan oleh interaksi antara pembawa budaya Tabot dengan pelaku budaya setempat yang sudah lebih dulu eksis di Bengkulu. Kesadaran masyarakat untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis menjadikan perayaan Tabot di Kota Bengkulu disepakati sebagai identitas bersama oleh mayoritas masyarakatnya dan oleh pemerintah diakui secara resmi sebagai kebudayaan Bengkulu. Masyarakat Kota Bengkulu menerima perayaan Tabot, apalagi setelah perayaan ritual Tabot melibatkan suku dan agama lain di luar Islam maka perayaan Tabot bukan hanya representasi kolektif dari Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) saja namun sudah menjadi representasi kolektif bagi masyarakat umum di Kota Bengkulu.