%A JERDA DJAWA 57120007 %X Disertasi ini merupakan sebuah upaya teologi kontekstual yang berangkat dari keprihatinan terhadap kebingungan anggota jemaat berkaitan dengan penghayatan hubungan antara yang hidup dan yang mati. Kajian ini menggali penghayatan hubungan antara yang hidup dan yang mati dalam konteks kultural Tobelo dan bagaimana penghayatan itu bermakna dalam memperkaya teologi Kristen Halmahera. Kajian ini bertujuan untuk menggali latar belakang ketegangan sikap yang terjadi di dalam gereja berkaitan dengan penghayatan hubungan yang hidup dan yang mati, mengevaluasi hubungan itu dengan mengacu pada prinsip teologi kontekstual dan doktrin Kristen dan selanjutnya mengupayakan sikap teologis baru yang dapat digunakan sebagai acuan berteologi. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode Spiral Teologi Praktis. Metode Spiral Teologi Praktis memiliki empat tahapan yang merupakan suatu keutuhan struktur kajian ini. Analisis terhadap hasil lapangan memperlihatkan dua penyebab ketegangan antara pemimpin Gereja dan anggota jemaat. Penyebab pertama adalah process of othering yaitu suatu sikap di masa lalu yang merupakan dampak dari perbedaan pendefinisian karena budaya yang berbeda antara pemberita dan penerima berita Injil. Kedua adalah penafsiran tunggal terhadap Alkitab sebagai satu-satunya perspektif dalam memandang seluruh teks Kitab Suci. Penelitian dilakukan di dua desa yang berlatar belakang suku Tobelo tetapi berbeda dalam hal latar belakang pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan variasi pekerjaan. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan dalam hal tingkat pendidikan, kondisi sosial ekonomi dan pekerjaan tetapi tidak berbeda dalam hal penghayatan hubungan dengan yang mati. Penelitian ini menemukan kandungan nilai dari penghayatan hubungan yang hidup dan yang mati dan dalam ritual kematian dan konsep tentang kematian itu sendiri. Semua kandungan nilai yang ditemukan mengarah kepada nenek moyang. Hal ini memperlihatkan hubungan dengan nenek moyang merupakan sentral dalam kerangka pemikiran orang Tobelo. Segala sesuatu yang dialami dalam kehidupan dihubungkan dengan nenek moyang. Hubungan dengan yang mati merupakan suatu pokok yang crusial bagi Gereja-gereja Protestan. Walaupun demikian penghayatan hubungan dengan nenek moyang yang telah menunjukkan daya tahannya di bawah tekanan sikap Kekristenan mendorong Gereja untuk memikirkan ulang teologinya guna memberi ruang penghayatan beriman sesuai konteks yang dihidupi umat setempat. Berdasarkan temuan itu diusulkan beberapa sikap teologis baru bagi GMIH yaitu persekutuan Kristen meliputi yang hidup dan yang mati, hubungan dengan yang mati sebagai penghayatan karya Allah, ruang baru bagi relasi sosial kemasyarakatan dan peran nenek moyang dalam kerangka karya Kristus. %T BERIMAN DALAM SPIRITUALITAS BUDAYA RELIGIUS HALMAHERA PENGHAYATAN IMAN DI DALAM HUBUNGAN YANG HIDUP DAN YANG MATI DI KALANGAN ANGGOTA JEMAAT GMIH TAGALAYA DAN GURA, TOBELO %K yang hidup - yang mati, nenek moyang, hubungan, penafsiran tunggal, penghayatan %D 2019 %L katalog308 %I Universitas Kristen Duta Wacana