%0 Thesis %9 Bachelor %A 01072116, CHRIST SUSAN ROMPAH %A Universitas Kristen Duta Wacana, %B Teologi %D 2013 %F katalog:2943 %I Universitas Kristen Duta Wacana %K Kematian, Ulangan, Musa, Pencitraan, Israel, Pasca-Pembuangan, Yosua, Kepemimpinan, Pemimpin, Ideologi, Deuteronomis, Identitas, Kelompok, Tanah Terjanji %P 51 %T MAKNA KEMATIAN MUSA DALAM ULANGAN 34 DAN KAITANNYA DENGAN POLITIK PENCITRAAN DALAM SUKSESI KEPEMIMPINAN MUSA-YOSUA %U https://katalog.ukdw.ac.id/2943/ %X Sejumlah penafsir memandang bahwa kematian Musa yang dicatat dalam Ulangan 34 merupakan konsekuensi atas dosa dan kesalahannya sendiri. Francesca Stavrakopoulou, misalnya, berpendapat bahwa kematian Musa di tengah penglihatan akan tanah terjanji merupakan hukuman ilahi atas pemberontakannya melawan Tuhan di Meriba. Di sisi yang lain, menurut Gerhard von Rad, kematian Musa justru untuk menebus kesalahan dan dosa umat Israel. Skripsi ini berupaya untuk menggali ideologi di balik teks kematian Musa dengan mengacu pada konteks historis penulis / redaktur Deuteronomis di masa pascapembuangan. Di masa tersebut, umat Israel diijinkan kembali ke negerinya. Namun, negeri itu bukanlah tanah kosong melainkan tanah yang telah dihuni oleh bangsa-bangsa lain di luar Israel. Situasi tersebut tentu menjadi tantangan bagi ideologi sentralistik Israel. Dari situasi demikian, diperoleh indikasi bahwa kematian Musa merupakan pencitraan tentang proyeksi dan legitimasi identitas Israel di situasi yang baru. Indikasi ini diperoleh dari ditampilkannya Yosua sebagai pengganti Musa. Musa dan Yosua adalah dua pemimpin dengan dua model kepemimpinan berbeda. Model kepemimpinan Musa menekankan bahwa identitas Israel ditentukan oleh ketaatan terhadap Torah, sedangkan model kepemimpinan Yosua menekankan bahwa identitas Israel ditentukan oleh penolakan terhadap bangsa asing. Dengan dua model kepemimpinan tersebut, nampak bahwa dalam masyarakat Israel pasca-pembuangan terdapat dua kelompok yang memiliki kecondongan ke arah berbeda dalam menentukan identitas Israel.