%X Multikultural menjadi sebuah realita tak terelakkan di Indonesia. Beragam etnis hidup berelasi dan bernegosiasi. Ketika Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwe bertransformasi menjadi Gereja Kristen Indonesia (GKI), maka keragaman etnis pun menjadi bagian tak terelakkan dalam kehidupan GKI. Relasi antar etnis di dalam gereja pun bernuansa negosiatif. Tidak jarang negosiasi yang terjadi tidak berujung pada kesepakatan. Tidak adanya kata sepakat mengindikasikan ketidaksiapan anggotanya berjumpa langsung dengan perbedaan. Sekat-sekat kemudian mucul membedakan antara kelompok sendiri (in-group) dan kelompok lain (out-group). Pembedaan yang ada tidak jarang diikuti kecenderungan untuk bersikap favorit pada kelompoknya sendiri, dan sikap negatif terhadap kelompok lain. Kelompoknya sendiri dianggap lebih baik dari yang lain, karena segala sesuatu tentang kelompok lain diukur dari nilai-nilai yang diyakini oleh kelompoknya sendiri. Sikap yang demikian ini disebut etnosentrisme. Sikap yang melihat perbedaan sebagai ajang untuk membedakan diri. Sikap yang berbeda dengan ajakan persekutuan yang dimiliki gereja pada umumnya sebagai bagian dari persekutuan Tubuh Kristus. Bagi John Zizioulas, gereja memerlukan sikap yang mengikuti relasi persekutuan Allah Trinitaris, yang siap merangkul pribadi-pribadi yang lain beserta dengan keberbedaannya (otherness). Karena gereja merupakan sekumpulan orang yang setara dan bebas dalam satu baptisan yang siap membuka hati untuk senantiasa membarui cara hidup, membarui struktur dan gerak pelayanan dalam realita hidup multikultur. %I Universitas Kristen Duta Wacana %A YOHANES PUTRA PRATAMA 01102278 %D 2015 %L katalog2689 %T ETNOSENTRISME DALAM JEMAAT MULTIKULTUR: STUDI TEOLOGIS-EMPIRIS TERHADAP ETNOSENTRISME DALAM HIDUP MENGGEREJA DI GKI PETERONGAN SEMARANG %K Etnosentrisme, Multikultur, Teori Identitas Sosial, Ekklesiologi Persekutuan, Pembangunan Jemaat, GKI Peterongan.