%0 Thesis %9 Bachelor %A 01082187, CHRISTIAN HUTABARAT %A Universitas Kristen Duta Wacana, %B Teologi %D 2015 %F katalog:2662 %I Universitas Kristen Duta Wacana %K Multireligiositas, Konflik Antaragama, Komunitas Basis Gerejawi, Komunitas Basis Manusiawi, Rasa Percaya Sosial. %P 52 %T PERCAYA KEPADA ALLAH DAN MANUSIA: MENUMBUHKEMBANGKAN RASA PERCAYA SOSIAL, MEMEKARKAN KOMUNITAS BASIS MANUSIAWI %U https://katalog.ukdw.ac.id/2662/ %X Konteks Indonesia adalah konteks yang multireligius. Berbagai agama hidup dan mengada bersama di Indonesia. Sepintas, multireligiositas konteks Indonesia ini menjadikannya konteks yang tepat bagi pengembangan konsep dan praksis Komunitas Basis Manusiawi (Basic Human Community; BHC). Dengan kata lain, secara konseptual, Komunitas Basis Gerejawi (Basic Ecclesial Community; BEC) di Indonesia dapat dan perlu membuka diri untuk mengembangkan dan menjadi bagian integral dari BHC. Namun, di sisi lain, harus disadari bahwa konteks Indonesia adalah konteks yang juga konfliktual. Konteks Indonesia telah tercabik-cabik oleh berbagai konflik antarkelompok agama. Konflik-konflik itu kerap dipicu oleh dan semakin melanggengkan prasangka serta kecurigaan di antara kelompok-kelompok tersebut. Oleh sebab itu, BHC baru bisa diwujudnyatakan di konteks Indonesia ketika kelompok-kelompok agama yang ada bisa mengatasi prasangka dan kecurigaan yang selama ini mereka peram. Mengingat prasangka dan kecurigaan tersebut merupakan indikasi rendahnya tingkat percaya sosial di antara para pemeluk agama yang berbeda-beda di Indonesia, maka yang dibutuhkan oleh BEC Indonesia adalah menyemaikan rasa percaya sosial di antara anggota-anggotanya. Bertolak dari dialogisasi konsep rasa percaya dalam pemikiran Seligman dan Uslaner, dapat diidentifikasi bahwa rasa percaya sosial memiliki setidaknya tiga pilar: [1] moralitas, [2] ketakbersyaratan dan [3] pengalaman. Dengan demikian, untuk bisa mengembangkan dan menjadi bagian integral dari BHC, BEC Indonesia perlu mengembangkan ketiga pilar tersebut dalam praksisnya.