relation: https://katalog.ukdw.ac.id/1698/ title: KEARIFAN LOKAL SEBAGAI DASAR PERDAMAIAN: PENGELOLAAN KONFLIK MAKAM ASTANA ADI DI SUKODONO creator: 54130006, YUNARSO RUSANDONO subject: H Ilmu-ilmu Sosial (Umum) subject: HN Sejarah dan Kondisi Sosial. Permasalahan Sosial. Reformasi Sosial description: Indonesia adalah negara yang dikenal ramah dan kaya akan budaya, namun akhir-akhir ini wajah Indonesia berubah karena banyaknya konflik yang terjadi. faktor pemicunya biasanya disulut dengan isu agama. Presiden pertama Indonesia mencetuskan Pancasila sebagai dasar negara, dengan penekanan sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, namun sekarang ini bagaikan slogan saja. Jiwa nasionalisme bagi sebagian warga negara sudah mulai luntur berganti faham fanatisme agama. Dengan menganggap agama yang dianut adalah paling benar, dan agama orang lain adalah salah, bahkan jika perlu dimusuhi. Cara pandang yang eksklusif terhadap agama inilah yang sering membahayakan perdamaian di Indonesia. Jika diperhatikan banyak sekali kearifan lokal yang dapat dijadikan alat penunjang perdamaian, misalnya tradisi Pelagadong di Maluku. Demikian halnya di tempat-tempat lain di seluruh pelosok tanah air. Konflik yang dilatarbelakangi isu agama juga pernah terjadi di desa Sukodono, kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Pada tahun 2003 warga Kristen ingin membangun lahan makam Kristen yang baru, karena lahan pemakaman lama yang disediakan oleh pemerintah desa yang manjadi bagian orang Kristen telah penuh, namun keinginan ini di tolak oleh warga sekitar lahan baru, karena warga ketakutan makam yang dibuat oleh orang-orang Kristen itu akan mendatangkan pagebluk (kematian masal), serta makam yang akan dibuat akan mendatangkan rasa takut karena makam identik dengan tempat yang angker. Jika diteliti konflik ini tidak hanya berdasarkan alasan tersebut, ternyata salah satu tokoh penolak adalah seorang bukan keturunan asli Sukodono yang mempunyai cara pandang eksklusif. Karena lahan makam yang akan dibuat oleh orang-orang Kristen ini berdekatan dengan makam mbah Sentono, salah satu danyang orang Sukodono, maka orang yang menolak ini berdalih makam seorang muslim tidak boleh berdekatan dengan makam orang musrik. Orang Kristen dianggap sebagai orang musrik, maka akan menodai kesucian mbah Sentono. Peristiwa penolakan ini berlangsung hingga tahun 2008, sampai suatu ketika ada seorang warga Kristen yang meninggal dunia, dan makam lama sudah penuh dan tidak ada lahan lagi untuk digali dibuat liang kubur. Maka kepala desa Sukodono mengundang para tokoh masyarakat, kelompok pembuat makam Kristen, dan pihak penolak makam untuk berunding di rumah kepala desa. Walaupun perundingan ini berjalan dengan alot namun akhirnya kelompok penolak mengijinkan orang yang meninggal tersebut dimakamkan di lahan pemakaman yang baru, dengan syarat gereja harus membangun tembok keliling makam dan memberi penerangan. Kelompok penolak ini akhirnya mengijikan makam Kristen yang baru ini ditempati karena mengedepankan tenggang rasa dalam istilah setempat disebut tepa selira. Menurut pengertian mereka tepa selira, adalah sikap menghargai dan menghormati untuk mewujudkan kerukunan. Tepa selira versi Sukodono merupakan alat yang relevan untuk membangun perdamaian di desa ini Tepa selira merupakan bentuk kearifan lokal yang dapat menunjang perdamaian. dengan bukti adalah masyarakat sekitar lahan pemakaman yang dulunya menolak, sekarang membantu menggali kubur jika ada seorang warga Kristen yang meninggal dan dimakamkan di makam yang di beri nama Astana Adi ini. Demikian pula setiap daerah di Indonesia jika diteliti tentunya mempunyai kearifan lokal yang dapat menunjang perdamaian sesuai konteks masing-masing. date: 2016-11 type: Thesis type: NonPeerReviewed format: text language: id identifier: https://katalog.ukdw.ac.id/1698/1/54130006_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf format: text language: id identifier: https://katalog.ukdw.ac.id/1698/2/54130006_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf identifier: 54130006, YUNARSO RUSANDONO (2016) KEARIFAN LOKAL SEBAGAI DASAR PERDAMAIAN: PENGELOLAAN KONFLIK MAKAM ASTANA ADI DI SUKODONO. Masters thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.